Friday, January 25, 2013

MENGHITUNG KOMPOSISI ADUKAN BETON

MENGHITUNG KOMPOSISI ADUKAN BETON


Adukan perbandingan beton 1 : 2 : 3
Perbandingan Semen, Pasir dan Batu Split/Kerikil 1 : 2 : 3.
Trus masing-masing jadi berapa volumenya ?
Pertama-tama kita harus mengetahui berapa bagian masing-masing item.
Semen             : 1/6
Pasir                : 2/6
Batu Split        : 3/6
Jadi Semen mempunyai bagian 1/6 dari 1 m3 beton = 0,167 m3, Pasir mempunyai bagian 2/6 dari 1 m3 beton = 0,333 m3, Batu Split/Kerikil mempunyai bagian 3/6 dari 1 m3 beton= 0,5 m3.

Sekarang untuk pelaksanaannya bagaimana cara yang mudah untuk membuat adukan beton sesuai dengan takaran tadi.Pemisalan dalam membuat takaran. Takaran ini mengacu pada jumlah semen. Takaran biasanya dibuat dari kayu yang biasa disebut Dolak. Dolak ini dibuat sesuai dengan ukuran 1 (satu) sak semen (persegi). Jadi Takarannya menjadi : Semen = 1 dolak, Pasir = 2 dolak dan Batu Split/Kerikil = 3 dolak.

Perencanaan duct beton mempunyai ukuran 3 x 5 m2 . Maka harus mengetahui volume duct beton yang akan di buat. Misalkan perencanaan dengan ketebalan 10 cm, maka volume beton yang dibutuhkan adalah 3 x 5 x 0,1 m3 = 1,5 m3.

Dari perbandingan beton tadi volume kebutuhan masing-masing material adalah :
Semen = 1/6 x 1,5 m3 = 0,25 m3 atau jika dikonversi dalam satuan sak semen = Volume Semen : Volume 1 sak semen (mis ukuran 1 sak semen 50 kg = 0,1 x 0,4 x 0,6 = 0,024 m3) = 0,25 : 0,024 = 10,416 sak semen @ 50 kg.
Pasir = 2/6 x 1,5 m3 = 0,5 m3.
Batu Split/ Kerikil = 3/6 x 1,5 m3 = 0,75 m3.

Untuk kekuatannya bagaimana ? Apakah adukan beton 1 : 2 : 3 memenuhi syarat untuk kebutuhan pelaksanaan konstruksi duct beton ?
Untuk adukan beton 1 : 2 : 3 kurang lebih setara dengan Beton Mutu K-175 atau dengan kata lain mempunyai kuat tekan 175 kg / cm2, dimana cukup untuk memenuhi syarat kondisi kekuatan duct beton. Jika ingin menentukan kekuatan beton sesuai dengan SNI (Standard Nasional Indonesia) misal dengan adukan beton (site mix) dengan K-200 atau K-225 maka dapat mengacu pada Buku SNI tentang Komposisi Adukan Beton yang diterbitkan oleh Dinas PU.

Wednesday, January 23, 2013

PENGGUNAAN BAJA RINGAN PADA ATAP


PENGGUNAAN BAJA RINGAN PADA ATAP


Penggunaan rangka baja ringan untuk pembangunan atap perumahan sangatlah dianjurkan dalam bidang teknik sipil. Karena penggunaan rangka baja ringan ternyata lebih efisien dibanding rangka baja konvensional dan kayu yang biasa dipakai sebagai bahan atap rumah-rumah. Salah satu alasan penggunaan atap dengan bahan baja ringan, karena saat ini biaya pembangunan infrastruktur pembuatan rumah tinggal cukup tinggi dan mahal, maka semua pihak harus mencari cara agar bisa efisien dan efektif sesuai dengan kebutuhan. oleh karena itu, pemilihan bahan baja ringan menjadi salah satu solusinya.


Dengan memilih bahan baja ringan maka akan didapat banyak sekali keuntungan, diantaranya adalah :
  1. Karena bobotnya yang ringan maka dibandingkan kayu, beban yang harus ditanggung oleh struktur di bawahnya lebih rendah.
  2. Baja ringan bersifat tidak membesarkan api (non-combustible).
  3. Tidak perlu khawatir, karena baja ringan tidak dimakan rayap.
  4. Karena sifat materialnya ringan dan mudah dirakit, maka pemasangannya relatif lebih cepat apabila dibandingkan rangka kayu dan baja konvensional..
  5. Baja ringan nyaris tidak memiliki nilai muai susut.
  6. Tanpa sambungan las, hanya menggunakan self screw

Selain itu jika, penggunaan rangka baja ringan sudah dikenal masyarakat luas, hal itu dapat mengurangi ekspansi penebangan pohon sehingga tidak mengganggu ekosistem hutan. Dan hal seperti ini akan sangat menguntungkan dan sangat bermanfaat bagi kelangsungan kehidupan di muka bumi. Dan secara tidak langsung kita mendukung dan melakukan kegiatan GO Green.

Mensosialisasikan dan menggunakan produk berbahan baja ringan ini karena sudah melalui proses pengujian dan sertifikasi kelayakan sehingga aman digunakan secara luas serta sangat menguntungkan bagi pemakainya, karena akan tahan lama dan mudah digunakan. Dengan menggunakan baja ringan, maka rumah  aman, dan bumi selamat dari upaya penebangan hutan secara sembarangan.


Tetapi pada penggunaan baja ringan juga mempunyai kelemahan untuk struktur atap perumahan, antara lain adalah sebagai berikut :
  1. Kerangka atap baja ringan tidak bisa diekspor seperti rangka kayu, sistem kerangka yang berbentuk seperti jaring kurang menarik bila tanpa penutup/plafon.
  2. Karena strukturnya yang seperti jaring ini maka bila ada salah satu bagian struktur yang salah hitung maka akan menyeret bagian lainnya.
  3. Rangka atap baja ringan tidak se-fleksibel kayu yang dapat dipotong dan dibentuk berbagai profil. Pada konstruksi atap yang berbentuk bundar akan lebih mudah bila konstruksi menggunakan rangka kayu.



Monday, January 21, 2013

Fungsi Manajemen Konstruksi


Fungsi Manajemen Konstruksi


1. Perencanaan (Planning)
Perencanaan adalah menentukan apa yang harus dikerjakan dan bagaimana mengerjakannya. Ini berarti menyangkut pengambilan keputusan berhadapan dengan pilihan-pilihan. Seorang manajer harus memahami dan bisa menangkap peluang-peluang yang datang, dan memiliki pula kemampuan untuk menciptakan peluang-peluang. Dia harus mampu membuat analisa atas peluang-peluang tersebut dan mengambil keputusan untuk memilih yang terbaik sesuai dengan kondisi dan keterbatasan sumber daya yang dimiliki. Ada dua jenis perencanaan: jangka panjang dan jangka pendek. Perencanaan jangka panjang tentu saja harus bertitik tolak dari tujuan jangka panjang dari perusahaan yang bersangkutan dan langkah-langkah yang harus diambil. Perencanaan jangka pendek, manajer itu harus menterjemahkan secara tepat langkah-langkah yang perlu diambil untuk mengembangkan dan memperkenalkan produk baru tersebut.

Gambar 1. Perencanaan


2. Mengorganisasi (Organizing)
Fungsi ini berkaitan dengan usaha untuk menetapkan jenis-jenis kegiatan yang dituntut untuk mencapai suatu tujuan tertentu, mengelompokkan kegiatan-kegiatan tersebut berdasarkan jenisnya supaya lebih mudah ditangani oleh bawahan. Fungsi ini mengandaikan bahwa seorang manajer bisa mendelegasikan otoritasnya kepada bawahannya dan bawahannya bisa memahami tanggung jawabnya masing-masing. Struktur organisasi bisa bermacam-macam dan tidak boleh dilihat sebagai tujuan pada dirinya sendiri. Struktur organisasi barulah efektiv kalau bisa mempermudah perusahaan mencapai tujuan utamanya, bukan hanya karena terlihat “teratur” dan “manis”.

Gambar 2. Organisasi

3. Penempatan Orang (Staffing)
Fungsi ini menyangkut usaha untuk mengembangkan dan menempatkan orang-orang yang tepat di dalam berbagai jenis pekerjaan yang sudah didisain lebih awal dalam organisasi. Lebih jauh lagi fungsi ini meliputi hal-hal seperti pengembangan sumber daya manusia, proses penilaian dan promosi, pelatihan. Salah satu aspek penting dari fungsi ini adalah mengidentifikasi orang-orang di dalam organisasi yang berpotensial untuk dikembangkan sebagai manajer. Good managers develop managers.

Gambar 3. Penempatan Orang

4. Mengarahkan (Directing)
Fungsi ini biasa juga disebut supervisi. Ini menyangkut pembinaan motivasi dan pemberian bimbingan kepada bawahan untuk mencapai tujuan utama. Secara umum bisa dikatakan bahwa pekerja-pekerja akan berprestasi lebih baik pada pekerjaan di mana mereka persis tahu apa yang diharapkan dari mereka. Lebih jauh lagi, para pekerja tersebut akan lebih menghargai pekerjaannya kalau mereka bisa melihat bagaimana kaitan perkerjaan mereka dengan gambar keseluruhan dari organisasi. Mengerjakan sesuatu hanya karena atasan menyuruh demikian biasanya tidak bisa menghasilkan secara maksimal. Salah satu aspek penting dari fungsi ini adalah fungsi koordinasi, yang berarti penciptaan suatu harmoni dari individu-individu yang berkerja bersama-sama untuk mencapai tujuan bersama. Kemampuan komunikasi menjadi kunci keberhasilan fungsi ini.

Gambar 4. Pengarahan

5. Mengontrol (Controlling)
Fungsi ini dijalankan untuk menjamin bahwa perencaan bisa diwujudkan secara pasti. Ada banyak alat-alat analisa untuk suatu proses kontrol yang efektiv. Proses kontrol pada dasarnya selalu memuat unsur: perencanaan yang diterapkan, analisa atas deviasi atau penyimpangan-penyimpangan yang terjadi, dan menentukan langkah-langkah yang perlu untuk dikoreksi.